“Tinta yang Berbau”("oknum"wartawan)"
“Tinta yang Berbau”("oknum"wartawan)"
Di meja redaksi, kata-kata dijajakan
Bukan demi kebenaran,
melainkan demi kantong yang lapar.
Pena yang dulu suci,
kini menulis dengan lidah ular,
menyembur racun pada halaman pagi.
Mereka bilang: “Kami hanya menyampaikan berita.”
Padahal, di balik tanda kutip
tersembunyi niat busuk
yang tak tercium di hidung awam.
Tinta berubah jadi darah yang mereka teteskan sendiri,
berita jadi pedang yang menghunus tanpa alasan,
luka jadi tontonan,
air mata jadi komoditas.
Dan ketika ditanya,
mereka hanya tersenyum miring,
berdalih pada “fakta” yang mereka jahit dari kain sobek.
Wartawan tanpa hati,
bukanlah suara rakyat,
hanya gema kebohongan
yang terpantul di lorong-lorong gelap kuasa.
---G_S..